Sabtu, 25 Juni 2011

Cerpen


AMOY
         
Krriiing,,, krriiing,,, krriiing…
          “Hallo, iya-iya, ini aku juga udah bangun koc,”  dengan malasnya Angel menjawab telepan dari salah satu sahabat karibnya itu.
          “Huh, Molly ini ganggu orang tidur aja, udah tau ku nggak bisa bangun pagi,”  dengan masih sempoyongan Angel masuk kamar mandi.
          “Angel, ayo cepat turun, Yuli udah nunggu tuh!”  mama dengan cerewetnya memanggil Angel.
          “Iya Mam.  Bentar lagi.”
          Yuli teman satu kelas Angel dan juga tetangganya.
          “Duh non, kebiasaan banget sih bangun siang-siang terus,”  Yuli mengolok-olok Angel.
          “Biasa aja kali.  Ayo berangkat entar telat lagi ke sekolah.”
          Di kelas Molly sudah menunggu mereka berdua.  Angel, Molly, dan Yuli terkenal dengan sebutan  ‘Genk Amoy yang diambil dari nama mereka masing-masing.
          “Eh, tau nggak pacar aku tadi malam romantis banget,” pamer Angel pada Yuli dan Molly.
          “Romantis gimana?” Tanya Yuli.
          “Iya, romantis banget.  Tadi malam Anton ngasih aku bunga dan nyanyiin aku sebuah lagu.”
          “So sweet, mau dong.  Sayangnya Eric nggak bisa romantis,” dengan sedikit kecewa Yuli menyesali pacarnya Eric yang nggak pernah romantis.
          Disudut lain  Molly terdiam, dia hanya bisa memendam rasa, karena dia sampai saat ini belum mempunyai pacar.
          “Eh, bagaimana kalau malam minggu ini kita bikin pesta piyama.  Kitakan udah lama nggak ngumpul-ngumpul bareng,” usul Molly.
          “Bagus juga tuh ide loe,” Angel menyetujui ide Molly.
          “Nginep dimana? Di rumah Angel kayaknya lebih enak deh.”
          “Oche, setuju deh.” Angel dan Yuli menjawab serempak.

* * *

          “Non Angel, ini ada paket.”
          “Dari siapa, Bi?”
          “Nggak tau non, nggak ada nama pengirimnya,” dengan heran Angel menerima paket yang diberikan Bi Minah.
          Paket dengan kotak berwarna merah hati.
          Tiba-tiba saja Angel berterik kencang.
          “Ada apa non?” dengan tergesa-gesa Bi Minah menemui Angel.
          “Itu Bi, paket itu Bi…” tampak jelas wajah pucat dan ketakutan pada diri Angel.
          Dari paket tersebut berisi bangkai tikus penuh dengan darah, dan ada secarik kertas didalamnya yang bertuliskan “JAUHI ANTON!”
          Mendengar cerita Angel, Molly dan Yuli tak percaya.
          “Mungkin ini cuma perbuatan orang iseng aja, Ngel,” duga Yuli.
          “Apa kamu sudah Tanya sama Anton?”
          “Itulah masalahnya, sampai sekarang nomornya Anton nggak bisa dihubungi.  Aku benar-benar takut.”
          “Yang sabar ya, Ngel,” hibur Molloy.
          “Lupakan kejadian itu, yang penting kita bisa senang-senang sekarang.  Inikan acara yang udah lama kita tunggu-tunggu.”
          Acara pesta piyama yang mereka rencanakan berjalan lancar.  Namun, ketika tengah malam Yuli berteriak dari dalam kamar mandi.
          “Ada apa, Yul?”  Angel dan Molly bertanya.
          “Lihat itu, lihat dikaca itu!”
          Dari kaca kamar mandi ada tulisan berwarna merah darah.  “TINGGALKAN ERIC, ATAU ERIC TIDAK AKAN SELAMAT!”
          Dengan tersedu-sedu dan panik Yuli menelepon Eric, tapi sayangnya nomor Eric tidak dapat dihubungi.
          “Apa yang sebenarnya terjadi?”  Angel dan Yuli terlihat panik dan cemas.
          “Kenapa Anton dan Eric tidak bisa dihubungi? Aku takut kalau terjadi sesuatu dengan mereka berdua?”
          “Tenangkan diri kalian, berpikir positif, mungkin ini hanya pekerjaan orang iseng saja,” Molly mencoba menenangkan kedua sahabatnya itu.
          “Orang iseng katamu? Kalau orang ini benar-benar nekat gimana?”
          Semuanya terdiam dan merenung.  Acara pesta piyama mereka menjadi berantakan.

* * *
Beberapa hari setelah kejadian tersebut , Yuli dan Angel mendapatkan surat kaleng yang isinya sama dengan pesan-pesan sebelumnya.  Disini Yuli dan Angel merasa aneh dan curiga kenapa hanya mereka berdua saja yang mendapat terror ini.
Suatu siang Angel dan Yuli tidak sengaja mendengarkan percakapan Molly dengan seseorang lewat telepon.
“Hahaha..... biar tau rasa mereka, berani-beraninya dengan Molly.  Aku suka dengan permainan ini.  Aku suka melihat Angel dan Yuli ketakutan seperti itu.  Teruskan permainan ini, sampai mereka putus dengan pasangan mereka masing-masing.”
“Molly.....!!!” teriak Angel dan Yuli mengejutkan Molly.
“Jadi selama ini kamu yang menerror kami?”
Tanpa memperdulikan pertanyaan Angel, Molly berlari menuju lantai atas gedung sekolah.
“Molly, mau kemana kamu?” Angel dan Yuli berlari mengikuti Molly.
Stop kalian berdua, kalau tidak aku akan terjun dari sini!” ancam Molly yang mencoba bunuh diri loncat dari lantai tiga gedung sekolah.
“Molly, kamu ini kenapa? Kenapa kamu berbuat seperti ini kepada kami, kepada sahabatmu sendiri?”
“Sahabat katamu? Apa ini yang dinamakan sahabat? Kalian hanya mementingkan pribadi kalian saja.  Kalian nggak pernah ada waktu.  Kalian hanya bisa bersenang-senang sendiri dengan pacar-pacar kalian.”
“Maafin kami Moll, kami memang salah, kami sudah cuek sama kamu.  Ayolah Moll, maafin kami,” Angel terisak-isak.
“Ayo Moll, jangan nekat sepeerti itu!”
“Apa peduli kalian? Apa kalian atau gimana keadaanku dan perasaanku sekarang? Apa kalian tau orang tuaku sekarag sudah bercerai? Dimana rasa persahabatan kalian disaat aku butuh teman curhat, disaat aku ingin berbagi? Kalian tidak pernah ada disampingku!”
“Kami mohon, maafin kami berdua. Ayo Moll turun dari situ!”
“Saudah terlambat, tak ada gunanya lagi aku berada di dunia ini.  Papa, Mama, dan kalian tak pernah sayang padaku.”
“Kami semua sayang padamu, Molly.”

* * *
          Hari-hari kebersamaan itu tinggal kenangan.  Hari-hari Angel dan Yuli berlalu dengan penyesalan.  Sahabat yang mereka cintai telah meninggalkan mereka.  Tak ada keceriaan lagi diraut mereka.  Keceriaan itu seolah sirna bersama kepergian Molly.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar