Jumat, 29 Juli 2011

MATERI 3


PROSES KREATIF MENULIS CERPEN

          Berikut ini akan dijelaskan rangkaian proses kreatif dalam penulisan cerpen sastra.
1.      Pencarian Ide
Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa ataupun benda. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen adalah ketertarikan kita pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa ingin menulis cerpen. Hidup ini rangkaian peristiwa dalam gerak ruang yang berpindah-pindah. Dalam peristiwa dan ruang itulah manusia selalu mendapatkan hal-hal yang menarik bagi dirinya sendiri. Hal yang menarik itulah yang disebut sebagai permasalahan sumber ide menulis cerpen. Misalnya, apa yang sekarang anda lakukan? Mungkin saja sedang jalan-jalan pagi atau duduk-duduk di halaman rumah. Dalam keadaan demikian, coba tanyakan pada diri sendiri apa yang menarik. Jika anda sudah menybutkannya dalam hati, maka itulah yang disebut sebagai sumber ide. Anda akan menulisnya menjadi sebuah cerpen.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah buatlah persoalan dari benda atau peristiwa yang sudah anda sebutkan dalam hati. Caranya, buatlah persoalan hidup yang sumbernya dari benda atau peristiwa yang menarik. Misalnya, jika anda tertarik pada “bunga melati”. Disinilah imajinasi dan fantasi dibutuhkan untuk mengembangkan persoalan kehidupan yang bersumber pada bunga melati.
Ide ada di sekitar kita, baik dalam bentuk peristiwa maupun benda-benda, maka mencari ide hanya perlu merenung dan memahami ruang dan peristiwa yang sedang anda hadapi. Karena manusia hidup selalu dalam ruang dan peristiwa, maka setiap peristiwa dan ruang yang sedang kita alami dan diami pasti ada ide yang bisa dikembangkan menjadi cerpen.

2.      Pengendapan dan Pengolahan Ide
Selanjutnya, jika idedan persoalannya dudah didapat, maka selanjutnya adalah memikirkan jawaban atas persoalan ini. Jawaban atas logika inilah yang akan dikembangkan menjadi cerita. Proses pencarian dalam perenungan inilah yang disebut sebagai tahap pengendapan atau pengolahan ide. Proses pengendapan ide itu bisa dilakukan dengan dua tejnik, yaitu:
a.       Teknik tulis, yaitu menulis rangkaian peristiwa yang akan menjadi jawaban atas ide dan permasalahannya.
b.      Teknik renung, yaitu hanya merenungkan dan mengkontemplasikan kemungkinan-kemingkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan perasaannya sebelum dituliskan. Kedua teknik ini baik bergantung pada kebiasan dan kemahiran kita dalam menulis.
Tahap kontemplasi atau pengendapan ini hendaknya dilakukan bersamaan saat itu juga, yaitu sesudah mendapatkan ide. Jangan ditunda karena pasti akan lupa, dan bisa saja, benda atau peristiwa itu sudah tidak menarik lagi bagi kita. Hal ini terjadi karena kemenarikan itu sangat ditentukan keadaan dan suasana hati. Jadi, saat suasana hati menganggapnya menarik, maka harus saat itu juga, dirumuskan permasalahannya dan diendapkan atau dikontemplasikan detil peristiwa dan alurnya untuk menjadi cerita.
Dengan melihat fakta bahwa satu ide dapat dirumuskan menjadi beberapa permasalahan, dan setiap permasalahan, dalam proses pengendapannya, mempunyai logika jawaban dan ceritany sendiri-sendiri, maka satu ide, baik benda ataupun peristiwa bisa dijadikan beberapa cerpen.
3.      Penulisan
Jika ide dan permasalahan sudah terpecahkan setelah melalui proses pengendapan, yang menghasilkan logika jawaban atau alur peristiwa, baik yang dituliskan  maupun yang disimpan dalam pikiran dan perasaan, maka selanjutnya adalah menuliskannya pelan-pelan sampai selesai. Proses penulisan ini adalah tahap paling sulit, karena berbagai kendala selalu ada, terutama bagi pemula, adalah malas dan susah memulainya. Cara mengatasi adalah paksa dan yakinkan diri untuk menulis, jangan berfikir dengan pesimis tentang hasil yang tidak baik.
Prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam menuliskan ide dan pengendapan adalah  harus saat itu juga dan harus jadi. Jika ide yang sudah diolah sudah matang, maka segeralah menulis hari itu juga. Kenapa bisa demikian? Karena setiap hari dalam diri kita itu selalu ada perubahan-perubahan rasa yang dipengaruhi oleh kondisi psikologi kita sendiri.
Jika ide dan pengendapannya sedang dituliskan, maka prinsip harus jadi harus dijunjung tinggi. Tidak boleh tidak. Sebab jika dalam menuliskannya, baru settengah jalan anda tinggal pergi, dan tidak diselesaikan. Maka sama halnya menyia-nyiakan ide dan endapannya.
   Menulis itu adalah intensitas dan ketelatenan. Setiap ide yang telah diolah, tulislah pelan-pelan sampai jadi. Jangan ditingglakan begitu saja. Akan tetapi beristirahatlah sejenak, jika mungkin anda buntu karena kecapekan atau idenya habis.

4.      Editing dan Revisi
 cerpen yang anda tulis sudah selesai, maka bukan berarti cerpen itu sudah jadi atau final. Tetapi cerpen yang anda tulis baru merupakan hasil impresi ide-ide yang diendapkan, belum sebagai hasil logika rasionalitas. Karena saat kita menuliskan ide-ide yang telah diendapkan, prinsip dasrnya adalah “segera tuliskan” dan “harus jadi”. Jadi tidak menutup kemungkinan disitu ada unsur ketergesaan dan yang terpenting ide “muntah” dan jadi cerpen.  
Untuk mengatasi persoalan ini, mau tidak mau, anda harus meluakukan tahap selanjutnya, yaitu editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan aspek kebahasaan dan penulisan, sedangkan revisi berkaitan dengan isi, misalnya alur yang tidak kronologis, anakronisme, kesalahan bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik, dan sebagainya.
Oleh karena itu, editing dan revisi harus dilakukan sebagai proses akhir untuk menghasilkan cerpen yang baik.

MATERI 2


Proses Kreatif Menulis Puisi

            Dalam menulis puisi ada serangkaian kegiatan kreatif yang sangat individual yang harus diperhatikan oleh penulis puisi, diantaranya melalui tahap-tahap yaitu penentuan ide, pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1      Pencarian ide
            Ide atau inspirasi adalah sesuatu yang menyentuh rasa dan jiwa yang membuat seseorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide atu inspirasi adalah berupa pengalaman yaitu segala kejadian yang ditangkap panca indra kita yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya. Ide atau inspirasi haruslah dipanggil, dicari, dan diburu dengan cara menyensitifkan pancaindra kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang kita jumpai di sekeliling. Selain aspek penghayatan pancaindra, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, keputusasaan. Dalam situasi ini jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa maka sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya. Jangan ditunda-tunda momen-momen itu karena bisa hilang dengan sendirinya.
            Dapatkanlah ide sebagai bahan menulis puisi dengan cara yang menyenangkan, yaitu berburu dalam seiap kegiatan yang secara pribadi bisa menggugah  rasa Anda. Anda  pasti bisa karana setiap manusia hidup dengan pengalaman.

2      Pengendapan atau perenungan
          Proses ini disebut pematangan ide. Ide adalah bahan mentah, sebelum ditulis perlu dimatangkan, dan caranya adalah dengan diendapkan dalam perenungan dan kontemplasi. Biasanya proses pengendapan ini berlangsung lama karena berkaitan dengan cara-cara yang akan dilakukan agar ide itu menjadi menarik. Lamanya tidak bisa diidentifikasi secara waktu, tergantung pada tingkat individu yang bersangkutan. Dalam proses pengendapan Anda harus membuat semacam diksi-diksi yang akan dirangkai menjadi puisi tetapi masih dalam rasa, pikiran, dan imajinasi bahkan juga bisa merenungkan untuk menemukan bait pembuka atau diksi-diksi kunci sebagai pemantik untuk dikembangkan menjadi puisi. Proses pengendapan ini bersifat respon spontan, artinya ketika kita mendapatkan ide maka perasaan kita langsung berimajinasi ke mana-mana. Misalnya Anda mendapatkan momen kecelakaan yang mengerikan pasti Anda langsung membayangkan kematian, ingat teman atau saudara yang mengalami hal serupa, ingat keluarga, ingat darah yang paling Anda takuti, dan sebagainya. Dalam kasus ini Anda dapat membuat diksi seperti jerit histeris, darah, luka, kematian, kerumunan, tatap mata iba, jalanan, panas terik, dan sebagainya.  

3      Penulisan
       Jika proses pengendapan atau perenungan  ide sudah matang, maka tuliskanlah. Prinsip menulisnya adalah ungkapkan atau muntahkan segala hal yang ada dalam otak Anda tentang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Dalam proses ini persoalan yang sering muncul adalah buntu, macet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal ini terjadi maka jangan  paksakan selesai. Semuanya membutuhkan ketelatenan dan kontinuitas. Bila buntu, maka lebih baik berhenti dulu, istirahatkan pikiran, carilah kegiatan yang bisa membuat refresh. Jika sudah fight kembali, maka lanjutkan menulisnya.

4      Editing dan Revisi
       Editing berkaitan dangan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa, baik salah  ketik, penggantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis. Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah diediting dan revisi karana mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Dalam editing dan revisi tuntutannya “perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang kiranya tidak sesuai dan tidak baik harus diperbaiki, karena pada prinsipnya editing dan revisi menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
            Secara teknik proses editing dan revisi ini dapatdilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.         Setelah selesai beristirahat, baca puisi anda dalam komputer pelan-pelan.
b.        Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan, jangan lupa juga revisi isi atau substansinya jika dianggap urgen untuk dilakukan.
c.         Setelah selesai cetaklah karya anda dalam printout kemudian baca kembali dengan saksama.
d.        Pindahkan revisian anda dalam komputer, lalu cetak karya anda.
e.         Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas mintalah teman anda untuk mengkritiknya.






Sabtu, 09 Juli 2011

MATERI 1


PROSES KREATIF MENULIS ESAI SASTRA*

Seperti halnya dalam penulisan lainnya, proses kreatif penulisan esai juga akan melibatkan empat proses kreatif sebagai berikut.
1.         Pencarian Ide
Oleh karena sumber penulisan esai adalah masalah atau persoalan, maka pencarian idenya berupa ditemukannya masalah yang akan dibahas dalam esai. Masalah harus bersumber dari keadaan sekeliling kita dan harus sesuai dengan konsen bidang keilmuan kita, maka kita bisa memaparkan, menjelaskan, membahas, dan memberikan solusi atas persoalan tersebut.
Langkah konkret yang bisa ditempuh dalam menemukan dan mengidentifikasi permasalahan adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.    Pengamatan empiris dan sosial disekeliling kita atau isu-isu yang sedang banyak diperbincangkan dan dipersoalkan.
b.    Melakukan kajian pustaka (membaca) yang mendalam terhadap suatu persoalan kesastraan, yang kemudian kita lakukan telaah.
Penulisan esai sastra ini memiliki dua jenis: esai kontekstual dan esai teoritis-tekstual. Esai kontekstual adalah segala persoalan yang terjadi di luar sastra, yaitu kondisi sosial dan budaya pasti bisa direlasikan dengan dunia sastra. Kenyataan ini membuat menulis esai pasti bisa mudah dalam menemukan permasalahan. Esai teoritis-tekstual lebih didasarkan pada interpretasi-interpretasi kita terhadap suatu teks yang sedang kita baca. Biasanya, esai teoritis tekstual ini berwujud ulasan dan resensi buku atau kritik sastra.
     Penjelasan lebih detil dalam pencarian ide ini lebih fokus pada penulisan esai kontekstual karena membutuhkan suatu keterampilan tertentu. Jika kita sudah mengamati lingkungan sosial dan budaya disekeliling kita, maka untuk menemukan ide adalah dengan bertanya pada diri kita sendiri: persoalan sosial dan budaya apa yang menarik atau sedang banyak dibicarakan? Dari berbagai sumber, observasi, dan pengalaman; pasti kita akan menemukan dan mengidentifikasinya.
2.         Pengendapan Ide
Pengendapan ide ini berkaitan dengan: pertama, merumuskan empat isi yang akan dituliskan sesuai dengan bagian-bagian esai: judul, pembuka, isi, dan penutup. Identifikasi bagian ini, konkretnya, akan kita tuliskan menjadi kerangka pikir atau outline esai yang akan kita tulis.
Kedua, pencarian dan pengumpulan data. Jika outline atau kerangka pikir sudah dibuat, maka selanjutnya kita akan mencari bahan dan data yang akan dijadikan sebagai dasar dan pijakan untuk menulis.

3.         Penulisan
Dalam penulisan esai harus memiliki kehati-hatian yang tinggi karena yang akan kita tuliskan adalah buah pikiran yang didasarkan data-data yang sudah kita baca dan pahami. Oleh karena itu, jika ada hal yang berkaitan dalam pembuatan pernyataan, yang meragukan kita, maka hentikanlah menulisnya. Kita harus mencari data atau referensi yang benar.

4.         Editing dan Revisi
Editing berkaitan dengan koreksi aspek-aspek kebahasaan, sedangakan revisi berkaitan dengan aspek isi. Dalam revisi, biasanya akan terjadi pengurangan statmen atau penambahan teori dan persepsi yang membuat esai semakin baik. Proses editing dan revisi dilakukan dalam dua model, yaitu word dan prinout. Word adalah editing dan revisi tulisan dalam bentuk program word  di notebook kita. Oleh karena editing dan revisi dalam word masih memiliki tingkat kelalaian yang tinggi, maka editing dan revisi dilakukan juga dalam bentuk printout. Semakin banyak kita melakukan editing dan revisi, maka tingkat kesalahan dan kekeliruan esai kita bisa diminimalisir.

*Penulisan Sastra Kreatif
   Heru Kurniawan – Sutardi (143-148)