PROSES KREATIF MENULIS CERPEN
Berikut ini akan dijelaskan rangkaian proses kreatif dalam penulisan cerpen sastra.
1. Pencarian Ide
Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa ataupun benda. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen adalah ketertarikan kita pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa ingin menulis cerpen. Hidup ini rangkaian peristiwa dalam gerak ruang yang berpindah-pindah. Dalam peristiwa dan ruang itulah manusia selalu mendapatkan hal-hal yang menarik bagi dirinya sendiri. Hal yang menarik itulah yang disebut sebagai permasalahan sumber ide menulis cerpen. Misalnya, apa yang sekarang anda lakukan? Mungkin saja sedang jalan-jalan pagi atau duduk-duduk di halaman rumah. Dalam keadaan demikian, coba tanyakan pada diri sendiri apa yang menarik. Jika anda sudah menybutkannya dalam hati, maka itulah yang disebut sebagai sumber ide. Anda akan menulisnya menjadi sebuah cerpen.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah buatlah persoalan dari benda atau peristiwa yang sudah anda sebutkan dalam hati. Caranya, buatlah persoalan hidup yang sumbernya dari benda atau peristiwa yang menarik. Misalnya, jika anda tertarik pada “bunga melati”. Disinilah imajinasi dan fantasi dibutuhkan untuk mengembangkan persoalan kehidupan yang bersumber pada bunga melati.
Ide ada di sekitar kita, baik dalam bentuk peristiwa maupun benda-benda, maka mencari ide hanya perlu merenung dan memahami ruang dan peristiwa yang sedang anda hadapi. Karena manusia hidup selalu dalam ruang dan peristiwa, maka setiap peristiwa dan ruang yang sedang kita alami dan diami pasti ada ide yang bisa dikembangkan menjadi cerpen.
2. Pengendapan dan Pengolahan Ide
Selanjutnya, jika idedan persoalannya dudah didapat, maka selanjutnya adalah memikirkan jawaban atas persoalan ini. Jawaban atas logika inilah yang akan dikembangkan menjadi cerita. Proses pencarian dalam perenungan inilah yang disebut sebagai tahap pengendapan atau pengolahan ide. Proses pengendapan ide itu bisa dilakukan dengan dua tejnik, yaitu:
a. Teknik tulis, yaitu menulis rangkaian peristiwa yang akan menjadi jawaban atas ide dan permasalahannya.
b. Teknik renung, yaitu hanya merenungkan dan mengkontemplasikan kemungkinan-kemingkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan perasaannya sebelum dituliskan. Kedua teknik ini baik bergantung pada kebiasan dan kemahiran kita dalam menulis.
Tahap kontemplasi atau pengendapan ini hendaknya dilakukan bersamaan saat itu juga, yaitu sesudah mendapatkan ide. Jangan ditunda karena pasti akan lupa, dan bisa saja, benda atau peristiwa itu sudah tidak menarik lagi bagi kita. Hal ini terjadi karena kemenarikan itu sangat ditentukan keadaan dan suasana hati. Jadi, saat suasana hati menganggapnya menarik, maka harus saat itu juga, dirumuskan permasalahannya dan diendapkan atau dikontemplasikan detil peristiwa dan alurnya untuk menjadi cerita.
Dengan melihat fakta bahwa satu ide dapat dirumuskan menjadi beberapa permasalahan, dan setiap permasalahan, dalam proses pengendapannya, mempunyai logika jawaban dan ceritany sendiri-sendiri, maka satu ide, baik benda ataupun peristiwa bisa dijadikan beberapa cerpen.
3. Penulisan
Jika ide dan permasalahan sudah terpecahkan setelah melalui proses pengendapan, yang menghasilkan logika jawaban atau alur peristiwa, baik yang dituliskan maupun yang disimpan dalam pikiran dan perasaan, maka selanjutnya adalah menuliskannya pelan-pelan sampai selesai. Proses penulisan ini adalah tahap paling sulit, karena berbagai kendala selalu ada, terutama bagi pemula, adalah malas dan susah memulainya. Cara mengatasi adalah paksa dan yakinkan diri untuk menulis, jangan berfikir dengan pesimis tentang hasil yang tidak baik.
Prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam menuliskan ide dan pengendapan adalah harus saat itu juga dan harus jadi. Jika ide yang sudah diolah sudah matang, maka segeralah menulis hari itu juga. Kenapa bisa demikian? Karena setiap hari dalam diri kita itu selalu ada perubahan-perubahan rasa yang dipengaruhi oleh kondisi psikologi kita sendiri.
Jika ide dan pengendapannya sedang dituliskan, maka prinsip harus jadi harus dijunjung tinggi. Tidak boleh tidak. Sebab jika dalam menuliskannya, baru settengah jalan anda tinggal pergi, dan tidak diselesaikan. Maka sama halnya menyia-nyiakan ide dan endapannya.
Menulis itu adalah intensitas dan ketelatenan. Setiap ide yang telah diolah, tulislah pelan-pelan sampai jadi. Jangan ditingglakan begitu saja. Akan tetapi beristirahatlah sejenak, jika mungkin anda buntu karena kecapekan atau idenya habis.
4. Editing dan Revisi
cerpen yang anda tulis sudah selesai, maka bukan berarti cerpen itu sudah jadi atau final. Tetapi cerpen yang anda tulis baru merupakan hasil impresi ide-ide yang diendapkan, belum sebagai hasil logika rasionalitas. Karena saat kita menuliskan ide-ide yang telah diendapkan, prinsip dasrnya adalah “segera tuliskan” dan “harus jadi”. Jadi tidak menutup kemungkinan disitu ada unsur ketergesaan dan yang terpenting ide “muntah” dan jadi cerpen.
Untuk mengatasi persoalan ini, mau tidak mau, anda harus meluakukan tahap selanjutnya, yaitu editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan aspek kebahasaan dan penulisan, sedangkan revisi berkaitan dengan isi, misalnya alur yang tidak kronologis, anakronisme, kesalahan bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik, dan sebagainya.
Oleh karena itu, editing dan revisi harus dilakukan sebagai proses akhir untuk menghasilkan cerpen yang baik.